Welcome to our Website,
Please visit and read the article and the other information of academic resource and economic especially in Religious and Social Academic resource of Tourist in Province Aceh and Indonesia, surfing the site of travelling site in Aceh accprding religious sites,
This website as the desciption and mutual information of academic resource in Aceh Tourism in Social, Travel and Religious.
Senin, 05 November 2012
Armada Perang Turki Othmani dalam Pertempuran Aceh
Higga saat ini,
sebagian besar penelitian mengenai penyusunan dinamika perang maritim
Samudera Hindia pada abad keenam belas terkosentrasi pada pengenalan
kapal layar bersisi tinggi dan bermeriam oleh bangsa Portugis dan
kemampuan (atau kurangnya kemampuan) negara-negara pribumi dalam
mengadaptasi teknologi ini ketika mengenal kapal semacam ini. Dengan
kata lain mengenai historigrafi perahu layar bersisi tinggi gaya Eropa
militer dianggap lebih maju dibandingkan kapal dagang yang menggunakan
kapal perang dayung.
Dalam makalah ini dibantah mengenai konsensus tersebut dengan membahas mengenai teknik membangun kapal yang diterapkan kapal cepat Kekaisaran Islam Othmani, yang terlibat dalam membela "Perniagaan Aceh" pada paruh kedua abad 16. Namun tidak diperkirakan, pemahaman terhadap arsip Portugis, sekaligus Utsmani yang tertata dari periode itu menunjukkan bahwa utsmani sebenarnya memperkenalkan kapal layar bersisi tegak gaya Eropa untuk beberapa periode ekspansi di Samudera Hindia, tetapi mereka berangsung meninggalkan jenis kapal tersebut dan lebih memilih kapal perang cepat dengan kekuatan dayung dengan perbekalan militer sederhana. Kapal-kapal bergaya dayung secara khusus pada akhirnya cukup efektif dalam menghadapi Portugis, hingga pada periode terakhir Portugis mencoba menghindari kesukaan kepada kapal layar dan memilih kapal dayung menyerupai kapal besar yang dibuat oleh Kaisaran Turki Utsmani.
Penggunaan Kapal Perang Eropa sebenarnya dimodifikasi dari versi kapal perang Islam yang pernah berlayar dalam penaklukan Cyprus dan Andalusia, kapal perang ini dideskripsikan mempunyai kemiripan dengan penggunaan sebuah tiang tinggi dengan tenaga angin. Selama peperangan Salib (1092-1208), tidak terdapat ifnromasi yang menunjukkan bahwa pasukan Salib mempergunakan armada laut yang memang dapat dianggap kokoh. Mungkin saja penggunaan kapal layar dalam hal ini merupakan desain kontemporer ala Romawi, tetapi status dan desain kapal yang benar-benar bagus sama sekali tidak atau bahkan bukan produksi dan tidak ada tipe pemasanan seperti itu.

Beberapa macam ekspedisi yang dikirim ke wilayah Timur bahkan kapal rombongan Marco Polo tidak menunjukkan penggunaan tiang-tiang yang tinggi. Sebagian catatan terutama yang berasal dari pihak Islam, dalam hal ini adalah yang didasarkan kepada catatan beberapa sejarawan Islam, seperti dalam Hikayat raja-raja menunjukkan bahwa telah ada termasuk dalam beberapa macam deskripsi daripada lambang Zulfikar bahwa kalangan Islam di wilayah Asia Tenggara justru telah mengenal pembuatan atau modifikasi kapal yang sangat canggih tersebut. Sebaliknya armada barat dan kekuatan asing tidak mempergunakannya bahkan ketika masa abad ketiga belas.

Catatan lainnya yang menunjukkan bahwa Armada laut yang kuat dari Turki Othmani ini berasal dari berbagai data yang berasal dari Anthony Reid, dalam penyebaran Islam, dimana armada dan kekuatan laut Islam telah mengenal penggunaan perahu yang canggih, bahkan sekalipun kita mengakui penggunaan kapal laut berteknologi ini untuk kalangan umat Islam dan para sarjana kontemporer seringkali dipersangsikan, sebagian data-data menunjukkan bahwa umat Islam telah memprakarsai penaklukan laut untuk wilayah-wilayah yang luas sampai ke daerah pedalaman dan di berbagai kawasan yang menurut catatan para pakar klasik Islam mis. yang dicatat oleh para penjelajah muslim antara periode kelima belas smapai enam belas, kapal-kapal ini sekalipun (tampak) diproduksi oleh Eropa sebenarnya merupakan rancangan daripada Kapal pihak Kekaisaran Islam mengherankannya lagi bahwa barat mempergunakan tenaga kapal-kapal layar dalam tujuan perluasan imperialisasi kekayaan dan menaklukkan beberapa wilayah ISlam, sejauh yang didapatkan dari beberapa sumber menunjukkan bahwa kapal perang yang dimaksudkan tersebut produksi untuk kepentingan ekspedisi bukan kapal yang sering mengangkut perbekalan. Untuk itu kita dapat mencoba membaca aliansi dan penggunaan teknologi dalam perkembangan kapal yang dipergunakan, sebagian sarjana tidak mengingkari bahwa kapal yang dipergunakan untuk mempercepat dalam pergerakan tenaga pasukan memangi kekuatan Islam.
Apakah aiansi Militerisme ? tidak, bahkan penggunaan kapal-kapal perang ini telah dicuri dan disembunyikan identitasnya oleh kalangan Salibis barat, perhatikan catatan yang diberikan oleh kalangan Portugis,ini menurut sebagian sumber bahwa membawa beberapa kapal perang yang diproduksi daripada kalangan Turki Utsmani, pertanyaan yang menyeruak, apa istilah yan dipergunakan tersebut menunjukkan bahwa penggunaannya ditujukan atau mungkin terdapat alasan lainnya mengenai penggunaan teknologi angkatan perag yang anehnya sangat mirip. Penjelasan dalam hal ini mungkin saja menunjukkan betapa mirip dan identiknya kapal perang yang dipergunakan oleh Islam terutama untuk kepentingan menggempur pihak militer dalam prosesi perang melawa Koloni Portugal di wilayah Asia, pertempuran dicatat terjadi beberapa kali di wilayah Eropa, tetapi tidak ada desain yang sedemikian ? Mungkin saja alasan-alasan yang diberikan dalam hal ini bahwa kapal perang tersebut, menunjukkan daripada beberapa kali ekspedisi, kalangan penjajah beberapa kali harus mempergunakan kekuatan militer yang didesain daripada pihak Byzantium dan sangat jelas bahwa pihak umat Islam mampu men-counter pergerakan kapal perang dari pihak barat, amun bukan berarti penggunaan teknologi ini di barat dalam hal ini terlihat bahwa terdapat usaha mendesain kekuatan miiter.
Dalam makalah ini dibantah mengenai konsensus tersebut dengan membahas mengenai teknik membangun kapal yang diterapkan kapal cepat Kekaisaran Islam Othmani, yang terlibat dalam membela "Perniagaan Aceh" pada paruh kedua abad 16. Namun tidak diperkirakan, pemahaman terhadap arsip Portugis, sekaligus Utsmani yang tertata dari periode itu menunjukkan bahwa utsmani sebenarnya memperkenalkan kapal layar bersisi tegak gaya Eropa untuk beberapa periode ekspansi di Samudera Hindia, tetapi mereka berangsung meninggalkan jenis kapal tersebut dan lebih memilih kapal perang cepat dengan kekuatan dayung dengan perbekalan militer sederhana. Kapal-kapal bergaya dayung secara khusus pada akhirnya cukup efektif dalam menghadapi Portugis, hingga pada periode terakhir Portugis mencoba menghindari kesukaan kepada kapal layar dan memilih kapal dayung menyerupai kapal besar yang dibuat oleh Kaisaran Turki Utsmani.
Penggunaan Kapal Perang Eropa sebenarnya dimodifikasi dari versi kapal perang Islam yang pernah berlayar dalam penaklukan Cyprus dan Andalusia, kapal perang ini dideskripsikan mempunyai kemiripan dengan penggunaan sebuah tiang tinggi dengan tenaga angin. Selama peperangan Salib (1092-1208), tidak terdapat ifnromasi yang menunjukkan bahwa pasukan Salib mempergunakan armada laut yang memang dapat dianggap kokoh. Mungkin saja penggunaan kapal layar dalam hal ini merupakan desain kontemporer ala Romawi, tetapi status dan desain kapal yang benar-benar bagus sama sekali tidak atau bahkan bukan produksi dan tidak ada tipe pemasanan seperti itu.

Beberapa macam ekspedisi yang dikirim ke wilayah Timur bahkan kapal rombongan Marco Polo tidak menunjukkan penggunaan tiang-tiang yang tinggi. Sebagian catatan terutama yang berasal dari pihak Islam, dalam hal ini adalah yang didasarkan kepada catatan beberapa sejarawan Islam, seperti dalam Hikayat raja-raja menunjukkan bahwa telah ada termasuk dalam beberapa macam deskripsi daripada lambang Zulfikar bahwa kalangan Islam di wilayah Asia Tenggara justru telah mengenal pembuatan atau modifikasi kapal yang sangat canggih tersebut. Sebaliknya armada barat dan kekuatan asing tidak mempergunakannya bahkan ketika masa abad ketiga belas.

Catatan lainnya yang menunjukkan bahwa Armada laut yang kuat dari Turki Othmani ini berasal dari berbagai data yang berasal dari Anthony Reid, dalam penyebaran Islam, dimana armada dan kekuatan laut Islam telah mengenal penggunaan perahu yang canggih, bahkan sekalipun kita mengakui penggunaan kapal laut berteknologi ini untuk kalangan umat Islam dan para sarjana kontemporer seringkali dipersangsikan, sebagian data-data menunjukkan bahwa umat Islam telah memprakarsai penaklukan laut untuk wilayah-wilayah yang luas sampai ke daerah pedalaman dan di berbagai kawasan yang menurut catatan para pakar klasik Islam mis. yang dicatat oleh para penjelajah muslim antara periode kelima belas smapai enam belas, kapal-kapal ini sekalipun (tampak) diproduksi oleh Eropa sebenarnya merupakan rancangan daripada Kapal pihak Kekaisaran Islam mengherankannya lagi bahwa barat mempergunakan tenaga kapal-kapal layar dalam tujuan perluasan imperialisasi kekayaan dan menaklukkan beberapa wilayah ISlam, sejauh yang didapatkan dari beberapa sumber menunjukkan bahwa kapal perang yang dimaksudkan tersebut produksi untuk kepentingan ekspedisi bukan kapal yang sering mengangkut perbekalan. Untuk itu kita dapat mencoba membaca aliansi dan penggunaan teknologi dalam perkembangan kapal yang dipergunakan, sebagian sarjana tidak mengingkari bahwa kapal yang dipergunakan untuk mempercepat dalam pergerakan tenaga pasukan memangi kekuatan Islam.

Apakah aiansi Militerisme ? tidak, bahkan penggunaan kapal-kapal perang ini telah dicuri dan disembunyikan identitasnya oleh kalangan Salibis barat, perhatikan catatan yang diberikan oleh kalangan Portugis,ini menurut sebagian sumber bahwa membawa beberapa kapal perang yang diproduksi daripada kalangan Turki Utsmani, pertanyaan yang menyeruak, apa istilah yan dipergunakan tersebut menunjukkan bahwa penggunaannya ditujukan atau mungkin terdapat alasan lainnya mengenai penggunaan teknologi angkatan perag yang anehnya sangat mirip. Penjelasan dalam hal ini mungkin saja menunjukkan betapa mirip dan identiknya kapal perang yang dipergunakan oleh Islam terutama untuk kepentingan menggempur pihak militer dalam prosesi perang melawa Koloni Portugal di wilayah Asia, pertempuran dicatat terjadi beberapa kali di wilayah Eropa, tetapi tidak ada desain yang sedemikian ? Mungkin saja alasan-alasan yang diberikan dalam hal ini bahwa kapal perang tersebut, menunjukkan daripada beberapa kali ekspedisi, kalangan penjajah beberapa kali harus mempergunakan kekuatan militer yang didesain daripada pihak Byzantium dan sangat jelas bahwa pihak umat Islam mampu men-counter pergerakan kapal perang dari pihak barat, amun bukan berarti penggunaan teknologi ini di barat dalam hal ini terlihat bahwa terdapat usaha mendesain kekuatan miiter.
Material Turki Othmani di Asia Tenggara
Di antara bukti tertulis adanya ikatan melalui budaya material antara kekaisaran Utsmani dengan kaum muslim Asia Tenggara adalah rujukan kepada meriam dan arteleri lain yang dikirimkan ke Aceh oleh beberapa pemimpin Turki (abad 16). Paling terkena adalah "Lada Sa-cupak", sebuah meriam 'dengan motif bintang gaya Turki di badannya'. Para ahli persenjataan juga dikirim ke Aceh yang jelak terus memproduksi meriam-meriamnya sendiri Pada tahun 1629, menurut Beaulieum Sultan Iskandar Muda mempunyai 2000 meriam. Setahun setelah Belanda menyerang Aceh 'senjata Turki dan Portugis yang telah menjaga benteng Aceh selama berabad-abad dikapalkan ke Belanda menyusul kemenangan mereka.'
Selain penting sebagai senjata dan sebagai benda pertukaran untuk mempererat persekutuan antara para pemimpin dunia Melayu, meriam memiliki arti lain yaitu dalam ritual. Mereka seringkali muncul sebagai elemen kunci dalam mitos-mitos asal-usul dan dongeng-dogeng lain di Sumatera,terus dipandang sebagai obyek yang mempunyai kekuatan supranatural. Brunei dan pulau-pulai Timur, miniatur Meriam juga digunakan sebagai benda-benda pertukaran. Motif yang diambil dari benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan supranatural untuk tujuan ini seringkali dipinjam dan ditafsir ulang dalam benda-benda lokal di Asia Tenggara, misalnya penggunaan motif tughra pad abati Sumatera. Tujuan dari studi awal ini adalah untuk mengetahui apakah motif yang ditemukan pada meriam yang diimpir dari kekaisaran Utsmani atau dibuat di Aceh dengan mengikuti model-model ini juga ditemukan pada benda-benda lokal.
Namun, fokus utama adalah koleksi yang terdiri dari meriam yang direbut di Aceh oleh Belanda padda abad kesembilan belas dan dikembalikan ke Belanda, Detail desain dan dekorasi pada meriam yang dikenal sebagai hasil produksi Utsmani dna mebandingkannya dengan merian yang diproduksi di Asia, dengan membandingkan debfab vebtuk dab dejorasi meriam Cina dna Portugis. Bagian-bagian desain yang ditemukan akan dibandingkan dengan ornamen pada material Asia Tenggara lainnya dakan koleksi Inggris dan serupa yang ditemukan dalam sumber-sumber yang telah terpublikasi. Ilustrasi atas meriam Utsmani dalam katalog yang terpublikasikan akan menjadi perbandingan lebih lanjut.
Selain penting sebagai senjata dan sebagai benda pertukaran untuk mempererat persekutuan antara para pemimpin dunia Melayu, meriam memiliki arti lain yaitu dalam ritual. Mereka seringkali muncul sebagai elemen kunci dalam mitos-mitos asal-usul dan dongeng-dogeng lain di Sumatera,terus dipandang sebagai obyek yang mempunyai kekuatan supranatural. Brunei dan pulau-pulai Timur, miniatur Meriam juga digunakan sebagai benda-benda pertukaran. Motif yang diambil dari benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan supranatural untuk tujuan ini seringkali dipinjam dan ditafsir ulang dalam benda-benda lokal di Asia Tenggara, misalnya penggunaan motif tughra pad abati Sumatera. Tujuan dari studi awal ini adalah untuk mengetahui apakah motif yang ditemukan pada meriam yang diimpir dari kekaisaran Utsmani atau dibuat di Aceh dengan mengikuti model-model ini juga ditemukan pada benda-benda lokal.
Namun, fokus utama adalah koleksi yang terdiri dari meriam yang direbut di Aceh oleh Belanda padda abad kesembilan belas dan dikembalikan ke Belanda, Detail desain dan dekorasi pada meriam yang dikenal sebagai hasil produksi Utsmani dna mebandingkannya dengan merian yang diproduksi di Asia, dengan membandingkan debfab vebtuk dab dejorasi meriam Cina dna Portugis. Bagian-bagian desain yang ditemukan akan dibandingkan dengan ornamen pada material Asia Tenggara lainnya dakan koleksi Inggris dan serupa yang ditemukan dalam sumber-sumber yang telah terpublikasi. Ilustrasi atas meriam Utsmani dalam katalog yang terpublikasikan akan menjadi perbandingan lebih lanjut.
Langganan:
Postingan (Atom)